Amarah adalah satu naluri alamiah yang melekat pada manusia. Ia tidak
bisa dihilangkan atau dipisahkan dari manusia. Selama manusia hidup,
selama itu pula amarah akan menemaninya.
''Dan bersegeralah kamu
menuju ampunan Tuhanmu dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan
bumi, disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang
menginfakkan hartanya, baik di waktu lapang atau sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (QS Ali-Imran:
133-134).
Allah SWT menetapkan amarah untuk menjadi satu alat uji
ketakwaan dan keimanan manusia selama hidupnya. Manusia yang tak sanggup
menahan amarahnya adalah manusia yang belum mampu menegakkan bingkai
ketakwaannya.
Manusia yang terbakar amarah akan melakukan
tindakan-tindakan di luar kewajaran dan nalar yang sehat. Saat amarah
merasuk ke dalam pikirannya, tidak ada lagi ruang untuk membedakan mana
hal yang baik atau jelek. Padahal, Allah SWT menjanjikan pahala yang tak
ternilai di hari akhir nanti bagi manusia yang mampu menahan amarahnya.
''Siapa
yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskan pelampiasannya, maka
kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan semua makhluk.
Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya.'' (HR Abu Dawud dan
At-Tirmidzi).
Tutur kata yang lembut, sikap yang tenang, dan
tindakan yang bijaksana, saat amarah datang memang sulit diwujudkan.
Namun, bukan berarti tidak bisa dilatih dan dipelajari cara-cara untuk
meredam amarah.
Salah satunya kita bisa belajar dari perilaku
Muhammad SAW, teladan umat manusia. Selama hidupnya, beliau tidak pernah
bertindak kasar. Tutur katanya lembut karena berusaha menjaga perasaan
orang lain.
Rasulullah SAW juga manusia sama seperti kita. Karena
punya hati dan pikiran, sesekali beliau juga marah. Namun, kemarahannya
tidak melampaui batas-batas kemuliaan sebagai seorang Rasul Allah.
Marahnya Rasulullah SAW dalam rangka menegakkan tiang-tiang agama dan
memuliakan ajaran-ajaran Ilahi.
Dalam menjalani hidup ini,
berbagai masalah menghampiri tiap hari. Akibatnya, tak sedikit yang
akhirnya akrab dengan kemarahan. Padahal, berbagai masalah yang ada
merupakan ujian bagi yang beriman.
Sepasang suami istri yang telah
dirasuki amarah akan menciptakan kesemrawutan rumah tangga. Yang ada
hanya percekcokan, jauh dari kriteria rumah tangga sakinah.
''Dan
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, Kami tidak
memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar
kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di
dalamnya.'' (QS Al-A'raf: 42)
Jumat, 13 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)