Dialah (Allah) yang mengutus untuk seluruh bangsa seorang Rasul dari
antara mereka untuk membacakan ayat-ayat kepada mereka, mentazkiyah
mereka, dan mengajarkan Kitab dan Hikmah" (QS. Al-Jum'ah: 2)
Ayat
di atas menunjukkan bahwa tazkiyatun nafs, merupaka salah satu missi
semua Nabi dan Rasul, khusus Rasulullah Muhammad SAW, di samping
menyampaikan ajaran-ajaran Allah.
Islam mengakui bahwa pada
dasarnya manusia lahir dalam keadaan suci, yakni suci dari segala
kotoran dan dosa. Yang ada pada bayi yang lahir itu adalah fitrah, yakni
potensi beriman, berislam dan berihsan kepada Allah dengan
mentauhidkan-Nya.
Oleh karena pengaruh kedua orangtuanya, serta
lingkungannya, seseorang menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi, yang
menyimpang dari tauhid, menyimpang dari Islam, Iman dan Ihsan. Pengaruh
keluarga dan lingkungan yang tidak kondosif untuk Iman, Islam dan Ihsan
itu telah merusak fitrah seseorang, dan mengotori jiwa seseorang. Untuk
itu, Rasulullah diutus untuk mengembalikan manusia pada fitrah, dan
untuk mensucikan kebali jiwa manusia dari segala yang mengotori jiwanya.
Missi
setiap Rasul Allah untuk mengembalikan manusia pada fitrahnya dan
mensucikan jiwa dari segala yang mengotorinya itulah yang disebut
Tazkiyatun Nafs.
Makna dan Tujuan Tazkiyatun Nafs.
Tazkiyatun Nafs berasal dari Bahasa Arab yang terdiri dari dua kata
tazkiyah dan nafs. Secara kebahasaan (etimologis) tazkiyah berarti
mensucikan, menguatkan dan mengembangkan. Sedangkang nafs adakah diri
atau jiwa seseorang.
Dengan demikian istilah tazkiyatun nafsi
memiliki makna mensucikan, menguatkan dan mengembangkan jiwa sesuai
dengan potensi dasarnya (fitrah), yakni potensi Iman, Islam dan Ihsan
kepada Allah.
Berdasarkan makna itu pula tazkiyatun nafs bertujuan
untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya, yakni fitrah tauhid,
fitrah Iman, Islam dan Ihsan, disertai dengan upaya menguatkan dan
mengembangkan potensi tersebut agar setiap orang selalu dekat kepada
Allah, menjalankan segala ajaran dan kehenda-Nya, dan menegakkan tugas
dan missinya sebagai hamba dan khalifah-Nya di muka bumi.
Dengan
tazkiyatun nafs, seseorang dibawa kepada kualitas jiwa yang prima
sebagai hamba Allah, sekaligus prima sebagai khalifah Allah. Artinya
dengan tazkiyatun nafs, seseorang menjadi ahlul ibadah, yakni orang yang
selalu taat beribadah kepada Allah dengan cara-cara yang sesuai dengan
tuntunan Allah dan Rasul-Nya serta menjadi khalifah, yakni kecerdasan
dalam missi memimpin, mengelola dan memakmurkan bumi dan seisinya sesuai
dengan ketentuan-ketentuan agama Allah untuk kerahmatan bagi semua
makhluk.
Aplikasi Tazkiyatun Nafs menurut Al-Quran dan Sunnah
Dengan makna sebagaimana diuraikan di atas, tazkiyatun nafs tidak
sekadar bermakna penyucian jiwa dan sembarang penyucian jiwa menurut
kehendak setiap orang. Tetapi tazkiyatun nafs harus dilakukan sesuai
dengan cara-cara yang telah dituntunkan oleh agama Allah sebagaimana
disampaikan oleh Rasul-Nya, Muhammad SAW.
Mengapa demikian? Karena
tazkiyatun nafs adalah penyucian jiwa dalam rangka taqarrub
(mendekatkan diri) kepada Allah Yang Maha Suci dengan sifat Subbuh (Maha
Suci dengan Segala Sifat Kesempurnaan-Nya) dan Quddus (Maha Suci dengan
terhindarnya dari segala sifat kekurangan-Nya). Maka cara-cara
melakukan tazkiyah pun harus memenuhi apa yang telah dituntunkan oleh
Allah dan Rasulullah.
Tazkiyatun Nafs, meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1.
Tazkiyatud Din (mensucikan agama), yakni mensucikan jiwa dengan
menegakkan aqidah shahihah (aqidah yang benar), al-tauhid al-khalish
(tauihid yang murni dan bersih), ibadah yang benar, muamalah yang
memuliakan kemanusiaan, dan akhlak yang karimah. Aqidah Shahihah dan
al-Tauhidul Khalish adalah keyakinan dan keimanan yang kokoh, bersih dan
lurus kepada Allah terhindar dari segal takhayul dan khurafat.
Ibadah
shahihah adalah ibadah yang sesuai betul dengan ketentuan Al-Quran dan
al-Sunnah, bebas dari segala bid'ah dhalalah. Yakni ibadah yang
dilakukan selalu merujuk dan menggali dalil-dalilnya dari Al-Quran dan
Al-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush shalih, yakni pemahaman
Rasul, shahabat dan tabiin, serta generasi berikutnya yang setia kepada
Al-Quran dan Al-Sunnah.
Muamalah yang benar adalah menjalankan
pergaulan, prilaku dalam berhubungan dengan sesama manusia, seperti
dalam jual beli, pinjam meminjam, hutang piutang, saling tolong menolong
semuanya dilakukan sesuai dengan rambu-rambu Al-Quran dan Al-Sunnah,
yakni bebas dari saling mendhalimi, bebas dari riba, eksploitasi sesama
manusia dan sebagainya.
Akhlak Karimah adalah prilaku dalam
berhubungan kepada Allah, sesama manusia dan kepada alam sekitar dengan
nilai-nilai yang memuliakan manusia menurut ajaran Al-Quran dan Sunnah,
yang di dalamnya terkandung sikap sopan dan santun, sikap hormat dan
menghargai orang lain, sikap kasih sayang, sikap malu, sikap menjaga
diri, dan sebagainya yang diajarkan oleh Allah dan Rasulullah.
2.
Tazkiyatul Mal (mensucikan harta), yakni mensucikan jiwa dengan
membersihkan harta yang diperoleh, dengan memberikan sebagian kepada
orang yang membutuhkan. Bahkan meyakini sebagaimana dituntunkan Allah
dan Rasul-Nya, bahwa harta yang diperoleh dari usahanya adalah merupakan
amanah dan titipan dari Allah, bukan miliknya secara hakiki. Karena
keberhasilan usaha yang dilakukan atau pun kegagalan yang dialami adalah
ketentuan dari Allah setelah menjalan perintah-Nya untuk bekerja keras.
Maka Allah pun mengatakan bahwa pada sebagian harta yang diamanahkan
kepada seseorang terdapat hak orang lain yang harus diberikan. (QS.
Al-Maarij: 24-25) Penyaluran harta yang menjadi hak orang lain dalam
Islam dapat melalui pembayaran zakat, infaq dan shadaqah, semuanya
diberikan kepada orang yang berhak dan membutuhkan serta untuk keperluan
kemasalahatan umum, seperti pembangunan tempat ibadah, tempat
pendidikan dan penyantunan anak yatim dan orang-orang miskin.
3.
Tazkiyatul 'Amal wal Akhlak. Penyucian amal perbuatan dan akhlak
(prilaku dan budi pekerti) yakni dengan menjaga segala pikiran,
perkataan dan perbuatan kita dengan acuan Al-Quran dan Al-Sunnah, dan
menjaganya dari hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Al-Quran
dan Al-Sunnah.
Dengan demikian tazkiyatun Nafs adalah penyucian
hati, penyucian jiwa agar seseorang menjadi dekat kepada Allah, berada
dalam bimbingan dan tuntunan-Nya, yang dilaksanakan dengan merujuk
kepada ajaran agama-Nya yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Sunnah.
Tazkiyatun Nafs tidak bisa dilakukan dengan cara-cara semau gue, dan
mengabaikan petunjuk Ilahi. Tazkyatun Nafs tidak dapat dilakukan dengan
keyakinan yang dipenuh khurafat, amal ibadah yang dipenuh kebid'ahan dan
akhlak yang menyimpang dari akhlak karimah.
Karena semua telah
ditetap tata cara dan rambu-rambunya dalam risalah para Nabi dan Rasul
Allah, maka tazkiyatun nafs adalah merupakan salah satu missi kenabian
dan kerasulah setiap Nabi dan Rasul, termasuk dan terutama Rasulullah
Muhammad SAW.
Pengaruh Tazkiyatun Nafs dalam Kehidupan
Apabila tazkiyatun nafs dilakukan dengan pemahaman, dan cara-cara
implementasi yang telah disebut di atas, maka ia akan memberikan
pengaruh positif terhadap kehidupan manusia, antara lain dalam hal-hal
sebagai berikut:
1. Dalam beragama, seseorang akan menjalankan
agama dengan sepenuh hati, memandang segala perintah dan larangan yang
datang dari Allah sebagai nikmat dan karunia-Nya yang paling agung. Maka
seseorang akan beragama Islam secara tulus dan hanya mengharap ridha
dan cinta-Nya, serta selalu mendalami dalil-dalil tuntunan Ilahi
tersebut dalam menjalankan agama Allah.
2. Dalam berharta,
seseorang siap untuk hidup sederhana, tidak boros, tidak bermewah-mewah,
berjiwa solider terhadap penderitaan orang lain, sehingga dengan
longgar dan rela hati bersedia memberikan sebagaian harta miliknya
kepada orang-orang yang membutuhkan karena Allah semata.
3. Dalam
Amal, sanggup memelihara amal perbuatannya agar bermanfaat bagi dirinya,
dan orang lain. Bersedia menjalankan yang sesuai dengan tuntunan Allah
dan meninggal segala yang dilarangnya. Memiliki sikap peduli kepada
orang lain, dengan menyampaikan dakwah, tausiyah (nasehat) dan amar
ma'ruf nahi munkar, agar sama-sama berada di jalan yang diridhai Allah.
4.
Bersikap amanah, jujur dan dispilin dalam menjalan tugas-tugas
kebajikan, baik dalam kontek hablun minallah (hubungan vertikal kepada
Allah) maupun hablun minannas (hubungan horisontal kepada sesama manusia
dan alam sekitar).
Demikian uraian singkat tentang tazkiyatun nafs berdasarkan pesan-pesan dari Al-Quran dan Sunnah. Wallahu a'lam.
DAFTAR RUJUKAN
- CD Rom Program Al-Quran Versi 6.5
- Al-Qusyairi. Al-Risalah al-Qusairiyah. Terj Ahsin Muhammad. Bandung: Pustaka, 1994
- Imam Ibn Taimiyyah, Tazkiyatun Nufus.
- Said Hawa. Jalan Ruhani. Bandung: Mizan, 1996
- Syaikh Abdurahman ibn Hasan. Fathul Madjid Syarh Kitab al-Tauhid. Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, 2003
- Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Al-Dau wa al-Dawa., Kwait: Ihya' al-Turats., t.th
Jumat, 13 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)